SUNGAIPENUH — Di tengah perkembangan Kota Sungai Penuh yang semakin modern, jejak arsitektur tradisional leluhur ternyata masih tegak berdiri dan dirawat dengan penuh hormat. Salah satunya adalah Rumah Larik di Kelurahan Dusun Baru, Kecamatan Sungai Bungkal—rumah adat yang hingga kini tetap dijaga oleh keturunan Datuk Kodrat Putih.
Rumah dua lantai berbahan kayu ini menonjol berkat ukiran-ukiran khas Kerinci yang memenuhi dinding interior maupun eksterior. Warna-warna kontras seperti merah, hitam, dan putih berpadu indah, memperlihatkan estetika tradisi yang diwariskan turun-temurun. Setiap panel ukiran memiliki makna, mulai dari simbol keteguhan, penghormatan pada alam, hingga petuah tentang keseimbangan hidup.
Untuk memasuki rumah ini, tamu harus melewati palasa—ruang pintu kecil dan rendah yang mengharuskan setiap orang menunduk. Sikap menunduk itu bukan sekadar gesture, tetapi simbol penghormatan kepada adat, leluhur, serta para Ninik Mamak.
Di bagian dalam rumah, seperti tampak pada foto, ruangan luas beralaskan tikar adat menjadi pusat pertemuan anak jantan dan anak batino. Di sinilah acara adat berlangsung, termasuk pengangkatan serta pelantikan Depati dan Datuk. Dindingnya dihiasi kelengkapan tradisi, termasuk kain motif lama, sulaman khas, serta deretan kalo dan hiasan tangan yang bentuknya mempertahankan pola kuno.
Dalam sebuah pertemuan adat yang berlangsung baru-baru ini, rumah Larik kembali menjadi saksi berkumpulnya para tokoh adat, pemuda, dan tokoh masyarakat. Mereka duduk bersila dalam balutan busana tradisional, membahas agenda adat dan warisan yang harus terus dijaga. Suasana hangat, tertib, dan penuh nilai simbolik terlihat dari cara mereka menyusun hidangan, tata duduk, hingga ritme percakapan adat.
Keturunan Datuk Kodrat Putih menegaskan bahwa rumah Larik ini bukan hanya bangunan, tetapi identitas. Tempat yang sejak dulu menjadi pusat keputusan adat, pusat musyawarah keluarga besar, dan ruang sakral yang mengikat hubungan anak jantan dan anak batino.
Di tengah derasnya perubahan zaman, keberadaan rumah ini menjadi pengingat bahwa Sungai Penuh bukan hanya kota yang tumbuh secara fisik, tetapi juga kota yang menyimpan lapisan budaya yang dalam. Melihat ukiran rumah leluhur ini sama seperti membaca sejarah: tiap lekuknya menyimpan cerita, tiap warnanya adalah petuah.
Rumah Larik Dusun Baru adalah warisan—dan hari ini, warisan itu masih hidup.
Penulis : Fanda Yosephta
Editor : Dedi Dora









