SUNGAIPENUH — Pada mulanya, tak banyak yang menaruh harapan. Dengan kafilah yang ramping dan persiapan yang jauh dari gegap gempita, Kota Sungai Penuh melangkah ke arena MTQ ke-54 Provinsi Jambi di Muaro Jambi dalam bayang-bayang keraguan.
Namun ketika hasil akhir diumumkan, kota kecil di kaki Gunung Kerinci itu justru mencatat kejutan: naik satu peringkat dan bertengger di posisi empat besar—melampaui prediksi yang beredar sebelumnya.
Di balik capaian itu, nama Wali Kota Alfin Bakar pelan-pelan mencuat sebagai figur yang memberi arah. Bukan dengan pidato membara atau instruksi berapi-api, melainkan gaya kepemimpinan yang tenang, terukur, dan lebih banyak bekerja dalam ruang-ruang senyap.
Kepemimpinan yang Lembut, Tapi Bekerja dalam Garis yang Tegas
Alfin dikenal berhati-hati dalam mengambil keputusan. Pengalaman panjang di sektor swasta nasional dan perbankan membentuknya menjadi pemimpin dengan disiplin yang rapi serta ketelitian pada angka dan data. Di lingkungan birokrasi, tutur kata lembutnya sering menipu—di baliknya tersimpan ketegasan soal target kinerja.
“Pak Wali jarang meninggikan suara, tapi setiap arahannya jelas. Ia ingin ada strategi, bukan sekadar rutinitas,” ujar seorang pembina kafilah, menggambarkan gaya kerja yang membuat program pembinaan tetap berjalan meski anggaran terbatas.
Motivasi yang Bekerja Diam-Diam
Tahun ini, Sungai Penuh menghadapi kondisi keuangan daerah yang ketat. Banyak program harus dipangkas, namun Alfin memilih tidak mengeluh. Ia merangkul para pembina, tokoh agama, hingga organisasi masyarakat, mengajak mereka bergotong-royong mengisi kekurangan.
Tak ada janji muluk. Pesannya sederhana: prestasi tidak selalu bergantung pada jumlah kafilah, tetapi pada kualitas pembinaan dan keberanian untuk percaya pada diri sendiri.
“Yang ia bangun itu bukan hanya teknis pembinaan, tapi percaya diri anak-anak,” kata salah satu pelatih.
Sentuhan itu bekerja. Beberapa cabang yang sebelumnya tidak diperhitungkan justru menyumbang poin penting. Para peserta tampil jauh di atas ekspektasi, seolah dibekali keyakinan baru.
Kejutan Manis dari Kota Kecil
Ketika hasil akhir MTQ diumumkan, Sungai Penuh masuk empat besar provinsi. Bukan hanya peringkat yang naik—kepercayaan publik ikut menguat. Kota kecil yang semula dianggap tak punya daya saing dalam kontingen besar ternyata mampu melesat dengan modal ketekunan dan strategi yang rapi.
Alfin menyambut hasil itu tanpa gegap gempita. Ia menyebutnya sebagai “modal psikologis” untuk menata pembinaan yang lebih berkelanjutan.
Di tengah keterbatasan fiskal, capaian MTQ ini menjadi salah satu kisah kecil tentang bagaimana kepemimpinan yang tenang dan bekerja dalam senyap mampu menggerakkan energi sebuah kota. Bahwa motivasi, ketika disentuh pada tempat yang tepat, bisa mengubah keraguan menjadi kejutan—dan kejutan menjadi keyakinan baru.(fyo)
Penulis : Fanda Yosephta
Editor : Dedi Dora









