AGAM – Dalam rangkaian kunjungannya ke wilayah terdampak bencana di Sumatera, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka kembali menunjukkan gestur yang mencuri perhatian publik. Bukan karena pidato panjang atau pernyataan politik, tetapi karena sebuah buku catatan kecil berwarna hitam yang selalu ada di tangannya.
Buku sederhana itu terlihat dibawanya sejak awal ia memasuki posko pengungsian di Kelurahan Salareh Aia, Palembayan, Kabupaten Agam, pada Kamis (4/12/2025). Di tengah ratusan pengungsi yang masih trauma, Gibran tampak berkali-kali menunduk, mencatat, dan memastikan seluruh keluhan warga tertulis rapi.
Salah satu momen yang mencolok terjadi ketika seorang pria paruh baya menyampaikan permohonan agar pemerintah memberi perhatian khusus pada masa depan pendidikan anak-anak terdampak bencana. Dengan suara berat, pria itu mengaku tak lagi mampu bertani akibat musibah yang melanda daerahnya.
“Pak Wapres, pendidikan anak-anak kami. Kalau bisa, anak-anak kami diberi beasiswa atau dibebaskan dulu sampai kami bisa bangkit kembali…” ujar pria tersebut.
Setiap kalimat yang keluar dari warga itu dicatat Gibran tanpa jeda, seolah ia tak ingin ada satu pun permintaan warga yang terlewat.
Buku catatan hitam itu kembali tampak saat Gibran melanjutkan kunjungan ke Desa Batu Hula, Batang Toru, Tapanuli Selatan. Di lokasi pengungsian kedua ini, gestur yang sama kembali terlihat: mendengar, menunduk, mencatat, dan sekali lagi memastikan aspirasi warga direkam secara langsung olehnya.
Gestur mencatat itu bukan sekadar simbolis. Di hadapan para warga Sumatera Barat, Gibran menegaskan bahwa semua masukan telah ia tulis dan akan dibawa langsung kepada Presiden Prabowo Subianto.
“Ini tadi sudah saya catat semuanya. Nanti akan kami laporkan kepada Bapak Presiden untuk ditindaklanjuti,” ujarnya.
Gibran menyebut Presiden Prabowo telah memerintahkan seluruh jajaran untuk mempercepat pemulihan pascabencana, terutama yang berhubungan dengan anak-anak, pendidikan, serta pemulihan rumah-rumah warga.
“Kami sudah diperintahkan Pak Presiden untuk mempercepat pemulihan. Pendidikan anak-anak, sekolah, dan hal lainnya akan diprioritaskan,” tegasnya.
Buku catatan hitam itu mungkin kecil, tetapi bagi para pengungsi, benda itu menjadi simbol perhatian pemerintah terhadap suara-suara warga yang ingin bangkit dari musibah.(***)









