SUNGAIPENUH – Dari Pasar Beringin, di antara kepulan teh telur khas buatan Buya, Wakil Wali Kota Sungai Penuh Azhar Hamzah rutin duduk santai disela waktu luang. Menyapa teman nongkrong di warung-warung kopi.
Tak ada jarak antara ia dan para wartawan, LSM, maupun warga yang datang silih berganti. Kebiasaan lama itu tak pernah hilang, bahkan setelah ia menduduki kursi orang nomor dua di Kota Sungaipenuh.
Azhar dikenal sebagai sosok yang tak berubah. Latar belakangnya sebagai orang biasa membuatnya tetap mudah bercampur di tengah keramaian.
Ia lebih sering menimpali percakapan dengan tawa pendek, berbicara seperlunya, dan memilih duduk di emperan pasar ketimbang meja VIP pemerintahan.
Makan siang pun kerap ia habiskan di tempat yang sama: emperan Pasar Beringin atau Rumah Makan Pak Wo, hingga Kincai Plaza tempat relokasi pedahang pasar beringin.
Minumannya tak pernah bergeser—teh telur kental yang menjadi semacam ritual harian.
“Baik saat masih orang biasa, anggota dewan, sampai sekarang Wakil Wali Kota, rasanya sama saja. Kalau tidak minum teh telur dan berkumpul dengan kawan-kawan di sini, ada yang kurang,” ujarnya.
Perjalanan Azhar memang dimulai dari bawah. Ia pernah dipercaya menjadi Kepala Desa Lawang Agung, lalu terpilih menjadi anggota DPRD Kota Sungai Penuh selama dua periode.
Sebelum duduk di legislatif melalui Partai Gerindra, ia bahkan pernah gagal melaju ke dewan—bukan karena kurang suara, tapi karena partainya kala itu tak mampu mengumpulkan suara yang cukup untuk satu kursi.
Kini, dengan jabatan yang lebih tinggi, ia tetap kembali ke tempat yang sama: sudut pasar, secangkir teh telur, dan obrolan hangat bersama masyarakat.(fyo)
Penulis : Fanda Yosephta
Editor : Dedi Dora









