JAKARTA – Google mewanti-wanti pengguna layanan email terkait semakin maraknya serangan penipuan yang memanfaatkan surat elektronik. Seiring pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Meski sistem keamanan Gmail terus diperkuat, Google mengakui ancaman penipuan berbasis email masih menjadi risiko nyata bagi jutaan pengguna di seluruh dunia.
Google menyebut telah berhasil memblokir lebih dari 99,9 persen upaya penipuan email berupa phishing yang mengandung malware di Gmail. Namun demikian, pola penipuan terus berkembang dan menyebar dengan cepat, sehingga masih mengancam sekitar 2,5 juta pengguna Gmail. Hal ini menunjukkan bahwa perlindungan teknis saja belum sepenuhnya mampu mengimbangi kreativitas pelaku kejahatan siber.
“Dengan lebih dari 2,5 juta pengguna Gmail, kami saat ini menyebarkan model AI untuk memperkuat pertahanan keamanan di Gmail, termasuk menggunakan large language model (LLM) baru yang dilatih untuk membasmi phishing, malware, dan spam,” kata Google, dikutip dari Forbes, Minggu (21/12/2025).
Model AI ini diklaim mampu mendeteksi pola penipuan dengan akurasi yang lebih tinggi dibandingkan sistem sebelumnya.
Namun, firma keamanan siber McAfee menilai revolusi AI bekerja dua arah. Di satu sisi, AI membantu perusahaan teknologi meningkatkan sistem pertahanan, tetapi di sisi lain, penjahat siber juga memanfaatkan AI untuk menciptakan serangan yang semakin meyakinkan dan sulit terdeteksi.
Dengan AI yang kini semakin mudah diakses, scam berbasis email menjadi lebih personal dan menipu.
Data dari Mailmodo mencatat bahwa pesan spam menyumbang lebih dari 46,8 persen dari total lalu lintas email global. Kondisi ini membuat banyak perusahaan mulai mencari alternatif komunikasi kerja di luar email, seperti Microsoft Teams, Slack, hingga aplikasi pesan instan seperti WhatsApp dan Telegram, demi mengurangi risiko keamanan.
Sebagai solusi, Apple lebih dulu meluncurkan fitur Hide My Email yang memungkinkan pengguna menyembunyikan alamat email asli dengan membuat alamat acak yang diteruskan ke email utama. Fitur ini dirancang agar pengguna tidak perlu membagikan alamat email asli saat mengisi formulir, mendaftar layanan, atau berlangganan buletin daring, sehingga mengurangi risiko kebocoran data.
Google pun mengembangkan fitur serupa bernama Shielded Email untuk Gmail, yang terdeteksi melalui pembedahan APK oleh Android Authority. Fitur ini memungkinkan pengguna membuat alamat email alias untuk sekali pakai atau penggunaan terbatas, yang kemudian otomatis diteruskan ke email utama. Opsi Shielded Gmail bahkan sudah mulai muncul bagi sebagian pengguna saat login ke akun Gmail.
Meski sistem AI Google diklaim mampu mendeteksi spam hingga 20 persen lebih baik dan memproses laporan spam pengguna dalam skala ribuan kali lipat setiap hari, McAfee menilai langkah tersebut masih belum cukup.
Pengguna tetap disarankan lebih proaktif dengan mengaktifkan fitur email alias, membuat alamat email terpisah untuk keperluan publik, serta menghindari mengklik tautan apa pun di inbox, sekalipun terlihat berasal dari institusi resmi, demi menjaga keamanan dari ancaman malware dan penipuan digital. (***)









